Indonesia memiliki banyak sekali peninggalan budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Peninggalan budaya ini beragam, berupa tari-tarian, ritual adat yang masih dilakukan sampai sekarang dan bangunan prasejarah. Sampai saat ini, baik ritual adat dan tari – tarian masih dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya daerah itu sendiri.
Candi Borobudur, merupakan salah satu peninggalan budaya yang ada di Indonesia. Candi Borobudur terletak di Magelang, sekitar 40km dari Yogyakarta.Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi. Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari dinasti Syailendra dari kerajaan Mataram Kuno. Borobudur dibangun dengan batu dan balok raksasa. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung dan ditumpuk berdasarkan pola. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur.
Candi Borobudur sendiri terdidi dari tiga tingkatan. Lapisan pertama disebut Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Kamadhatu menggambarkan kehidupan manusia yang masih terikat hawa nafsu. Rupadhatu melambangkan kehidupan manusia yang sudah terbebas dari hawa nafsu, namun masih terikat pada wujud dan bentulk sebagai manusia. Sedangkan Arupadhatu, melambangkan manusia yang sudah terbebas dari nafsu, rupa dan bentuk. Arupadhatu terletak di puncak candi Borobudur.
Pada Candi Borobudur juga terdapat relief. Ada 1470 relief berbeda yang dimiliki oleh Candi Borobudur. Pembacaan relief dimulai dari pintu gerbang sebelah timur dan diakhiri di pintu gerbang sebelah timur dengan searah jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Ini menunjukkan bahwa Candi Borobudur menghadap ke arah timur seperti candi Buddha lainnya. Secara keseluruhan, relief –relief yang terdapat pada Candi Borobudur mencerminkan ajaran Buddha. Oleh karena itu, Candi Borobudur dijadikan media pembelajaran agama Buddha pada masa itu.
Candi Borobudur sempat tertimbun tanah vulkanik dan pepohonan. Sampai suatu akhirnya Raffles mendengar tentang penemuan situs purbakala dan memutuskan untuk menyelidikinya. Kemudian, Raffles mulai melakukan pemugaran terhadap candi Borobudur. Hingga akhirnya, Candi Borobudur dapat sepenuhnya digali pada tahun 1835, dan terus menerus mengalami pemugaran pada masa penjajahan Belanda.
Tahun 1956, Pemerintah Indonesia meminta bantuan pada UNESCO untuk meneliti kerusakan Candi Borobidur. Kemudian, pada tahun 1963, UNESCO mengeluarkan keputusan resmi untuk melakukan pemugaran terhadap Candi Borobudur. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984, Sejak 1981, Candi Borobudur ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Kini, pada bulan purnama penuh di bulan Mei, di Candi Borobudur diadakan perayaan Waisak. Waisak diperingati sebagak hari kelahiran, kematian dan hari pencapaian Sidharta Gautama pada kebijaksanaan tertinggi dan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.